08 Juli 2009

Suara Hati Kaum Binaan

Kita sudah sering mendengar bahwa kejahatan terjadi karena ada niat dan kesempatan, dan banyak penelitian yang mengungkapkan bahwa sebagian besar kejahatan terjadi karena faktor ekonomi. Banyak warga binaan yang terpaksa masuk proses sistem peradilan pidana karena faktor tuntutan ekonomi, terlepas dari memang adanya niat dan dukungan kesempatan dari mereka.

Pemilu presiden 2009 ini terjadi fakta menarik dabalik tembok lembaga pemasyarakatan yang mungkin terlewatkan dari pandangan masyarakat umum yang terbuai oleh quick count yang melejitkan salah satu pasangan calon presiden. Dari berbagai sumber yang didapatkan, pemilu presiden 2009 yang diselenggarakan di lembaga-lembaga pemasyarakatan dilaksanakan dengan antuasiasme para warga binaan dan memenangkan pasangan Mega-Prabowo.

Sriwijaya Post online mengeluarkan berita hasil penghitungan suara di beberapa Lapas. Pasangan Mega-Prabowo berhasil mendulang total perolehan suara sebanyak 1.530 suara. Di bawahnya, pasangan SBY-Boediono mengumpulkan 912 suara. Sementara itu, JK-Wiranto hanya mendapatkan 354 suara. Dari total 3.314 surat suara, sebanyak 268 di antaranya dinyatakan tidak sah.

Mega-Prabowo juga unggul di lapas Garut, Jawa Barat (Jabar) dari 563 pemilih pada TPS 18 itu, pasangan nomor urut 1 memimpin dengan 253 suara, disusul SBY-Boediono 211 suara, JK-Wiranto 82 suara, dan suara tidak sah 17.

Kemenangan Mega-Prabowo juga tidak tertahan di Lapas Sukamiskin Bandung, Jabar. Seperti dilansir Antara, dari 505 narapidana, Mega-Prabowo meraih 275 suara meninggalkan SBY-Boediono di urutan kedua dengan 116 suara dan JK-Wiranto 76 suara. Adapun suara yang tidak sah di tempat ini sebanyak 41 suara.

Di Lapas Kelas IIA Warung Bambu, Karawang, Jabar, yang terdiri dari 2 TPS yakni TPS 13 dan 14, pasangan Mega-Pro memperoleh 730 suara, sedangkan SBY-Boediono 238 suara, serta JK-Wiranto hanya memperoleh 58 suara.

Adapun di Lapas Kelas II Kota Jambi, pasangan yang diusung PDI Perjuangan dan Partai Gerindra itu meraih 359 suara, SBY-Boediono 321 suara dan JK-Win 118, suara tidak sah sebanyak 14 lembar.

Mega-Prabowo juga menang di Lapas Tua Tunu Pangkalpinang, Bangka Belitung, di Lapas Kelas II Bengkalis, di Lapas Tembilahan, Indragiri Hilir Riau, kemudian Lapas Kedungpane Semarang, Jawa Tengah, serta Lapas Kota Magelang, Jawa Tengah.

Sementara pasangan SBY-Boediono meraih kemenangan di Lapas Kerobokan, Denpasar Bali, dan Lapas Teluk Dalam, Kota Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Adapun pasangan JK-Wiranto menang di Lapas Kelas 1 Gunung Sari, Makassar.

Suara Merdeka Cybernews mencatat bahwa Pasangan calon presiden (capres) Megawati-Prabowo (Mega Pro) menang telak dalam perhitungan suara di Lapas Klas II B Slawi, Rabu (8/7). Dari total sebanyak 165 surat suara sah, pasangan capres nomor urut 1 ini berhasil meraih 123 suara. Perolehan suara itu jauh mengungguli pasangan capres lain, yakni Susilo Bambang Yudhoyono-Boediono (SBY Boediono) yang meraih 27 suara.

Tempo interaktif juga mencatat kalau Pasangan Megawati-Prabowo unggul di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II A Jember. Hasil perhitungan di dua Tempat Pemungutan Suara (TPS) khusus, di tempat para pesakitan itu menunjukkan pasangan nomor urut 1 itu meraup 389 suara. Pasangan SBY-Boediono mendapatkan 154 suara. Sementara pasangan JK-Wiranto mendapat dukungan sebanyak 43 suara.

Berita jatim online mencatat setelah selesai melakukan penghitungan, pasangan Megawati-Prabowo unggul telak atas pasangan SBY-Boediono dan JK-Win di TPS 6 Lapas Bojonegoro. Dari total 284 suara sah, Mega-Pro memperoleh 210 suara. Sementara itu pasangan SBY-Boediono hanya kebagian 62 suara dan JK-Win mendapatkan 12 suara. Sedangkan suara yang tidak sah hanya 5.

Melejitnya pamor SBY-Boediono dalam real count KPU dan quick count lembaga-lembaga survey ternyata tidak diimbangi oleh kuatnya pamor mereka di kalangan warga binaan. Apa yang terjadi? (Saya akan menelurkan sebuah analisa awam atas dasar pengetahuan dan pengalaman saya yang pernah berbincang-bincang dengan beberapa penghuni lapas)

Jika kita mengangkat isu tentang bahwa SBY atau JK merupakan incumbent (atau bahasa mudahnya adalah status quo) Megawati juga pernah menjadi penguasa. Menurut saya kemenangan Mega-Pro secara signifikan di Lapas menunjukkan bahwa masalah status quo tidak berpengaruh besar. Lalu dengan isu bahwa salah satu parpol digemari oleh "kaum jalanan", menurut saya lebih kepada karena mereka juga punya hak politik untuk mendapatkan kesempatan tidak hidup dijalanan lagi.

Kemenangan Mega-Pro di Lapas mungkin lebih disebabkan kepada janji-janji ekonomi kerakyatan yang tidak dibahasakan dengan membumi oleh kedua calon yang lain. Mereka menaruh harapan atas janji-janji politik yang diberikan oleh pasangan Mega-Prabowo, karena mereka hanyalah warga negara indonesia dengan keterbatasan struktur kesempatan dalam memperoleh kehidupan yang sesuai dengan harapan norma hukum di Indonesia.

Ini hanyalah sebuah analisa dari pemikiran awam yang mencoba untuk memahami apa yang ada di kepala para saudara-saudara kita yang terjebak dalam kekhilafan sehingga mereka terpaksa untuk tinggal dibalik jeruji lembaga pemasyarakatan.

Tidak ada komentar: