10 September 2009

Anak Kehidupan

"Penyesalan selalu datang belakangan
Pembenaran menyusul kemudian"

Sebuah tulisan unik dari sahabat ku "Sang Pentjilan". Memang terkadang orang selalu dihadapkan pada dilema kehidupan. Dia merasa telah melakukan segala sesuatunya dengan benar, namun tetap saja hasilnya tidak sesuai dengan yang diinginkannya. Bagaimana dengan orang yang melakukan sesuatu tidak dengan hati nuraninya? Apapun hasilnya, dijamin akan menjadi tangisan bathin bagi orang itu.

Seringkali kita mendengar orang mengutuk dirinya karena telah tersesat jalan atau salah mengambil langkah. Salah langkah menjadi bencana kalau tidak segera diperbaiki. Banyak pemimpin besar negeri kita yang salah langkah dan menghasilkan bencana. Sebutlah Prabu Airlangga, raja kahuripan yang karena kasih sayangnya yang besar dengan kedua anaknya, dia bertindak adil dengan memecah kahuripan menjadi Kediri/Daha/Panjalu dan Jenggala. Ternyata tindakannya itu menjadi sumber perpecahan selama 200an tahun.

Menurut ku, janganlah kata “tersesat jalan” menjadi sebuah dilemma yang berkepanjangan, apalagi menjadi sebuah ketidakpercayaan diri untuk kembali melangkah. Apabila tidak memungkinkan untuk memulai dari awal (sudah terlalu jauh melangkah), langkah bijaknya adalah mencari celah dari jalan yang ada di depan supaya dapat menemukan kembali tujuan dari perjalanan yang kita mau.

Jadikanlah setiap langkah yang kita ambil, menjadi sejarah kehidupan kita sendiri. Jadikan sejarah itu sebagai acuan dan (bahkan) kenangan pahit yang indah. Tak ada yang lebih indah daripada belajar dari pengalaman pribadi. Karena hanya kita sendiri yang dapat menentukan jalan hidup yang akan kita lewati.

Banyak cerita bahwa seorang loper koran bahkan dapat menyelesaikan pendidikan sarjana, janganlah dilihat dia sebagai seorang loper koran. Tapi lihat bagaimana dia bisa menyatu dengan jalan kehidupannya. Bagaimana cara dia berkelit menghadapi hambatan dan rintangan dalam hidupnya.

Aku terkadang menangis, karena aku merasa kalah oleh mereka, aku terlalu manja dalam menjalankan hidup. Tapi aku punya tekad, aku punya harapan besar yang mungkin hingga kini belum menemukan celah untuk menggapainya. Aku tidak memilih menjadi raja besar yang gagal dalam memerintah negeri. Aku hanya memilih menjadi anak kehidupan yang besar di jalanan tapi mampu membawa kehidupan yang sakinah mawaddah warohmah. Amin.

Tidak ada komentar: